Sabtu, 27 September 2014

[FF] Thankyou

Title.      : Thankyou
Author : @Aya_DoKaiBaek
Genre : Friendship, life
Cast       : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Kim Jongdae
Length.  : One shoot



Aku tidak tau apa arti hidup
Aku bahkan tidak pernah menghargai hidup

엑소THANKYOU엑소

Aku mengerjapkan kedua mataku, beradaptasi dengan cahaya lampu. Aku melihat tangan kiriku, ada selang infus terpasang disana.
Ah, lagi-lagi aku berada di rumah sakit. Sudah berkali-kali aku dilarikan ke rumah sakit ini. Bahkan suster dan dokter disini hafal denganku.
Tidak, aku tidak memiliki penyakit yang serius sehingga aku sering dilarikan ke rumah sakit.
Aku sering melakukan percobaan bunuh diri.
Hei, semua itu beralasan. Jika orang tuaku tidak bercerai, mungkin aku tidak akan seperti ini. Menjadi seorang Badboy yang sering ditahan di kantor polisi dan dilarikan ke rumah sakit.
aku ketergantungan dengan obat-obatan terlarang, dan juga sering mabuk-mabukkan. Semua itu merupakan bentuk kekecewaanku terhadap kedua orang tuaku.
“Byun Baekhyun.” Ucap seseorang sambil membuka pintu ruanganku.
Aku menoleh. Dokter Kim lagi yang mengurusku. Dia benar-benar seperti kakak bagiku, karena dia selalu peduli padaku dan menganggap aku adiknya.
“Apa hyung?”
“Kau lagi-lagi berbuat hal bodoh seperti itu.” ucapnya tegas.
“Kau tidak pernah tau bagaimana rasanya menjadi aku.”
Joonmyeon hyung menghela nafas panjang.
“Kali ini dengarkan aku.”
“Tidak mau. Yang kau katakan selalu saja sama, menyuruhku untuk rehabilitasi. Aku tidak mau!”
Aku mengambil infusku lalu segera pergi keluar ruangan.

***

Aku duduk di bangku taman, yang berada diantara gedung A dan gedung B rumah sakit ini. Mencoba menenangkan pikiranku dan rileks. Aku tidak pernah menyangka didalam rumah sakit terdapat taman yang sangat indah seperti ini.
“Permisi.”
Aku menoleh. Seorang lelaki yang sedikit lebih tinggi dariku, dengan rambut berwarna coklat dan tulang pipi yang tegas, dan juga membawa infus di tangan kirinya, menyapaku.
“Bisakah aku duduk disebelahmu? Semua bangku ditaman ini penuh.”
“Ya.” Aku menjawab singkat dan memberikan tempat untuk lelaki itu duduk.
Tiba-tiba datang seorang lelaki lain –yang menurutku sangat tinggi- dengan rambut hitam dan senyum yang mengembang dibibirnya, berkata padaku, “Dapatkah aku duduk disebelahmu juga?”
Belum aku menjawab, lelaki yang pertama datang mendahuluiku, “Sudah penuh. Cari saja tempat lain. Jangan disini.” Ucapnya sambil melebarkan kakinya, untuk menutupi tempat yang masih kosong.
“tempat duduk ini dapat untuk 3 orang. Minggir!” ucap lelaki yang lebih tinggi sambil menggeser lelaki yang satunya dengan paksa.
Aku hanya diam. Aku lebih berharap bertemu wanita cantik disini ketimbang bertemu dengan mereka yang menurutku bertingkah seperti anak kecil.
Lelaki dengan rambut berwarna coklat itu akhirnya mengalah dan memberikan tempat duduk kepada lelaki yang tinggi itu.
“maaf atas keributan tadi. Kenalkan, aku Jongdae. Kim JongDae.” Ucap pria dengan rambut coklat itu sambil menyodorkan tangannya.
“Aku Byun Baekhyun.” Ucapku sambil membalas salamannya.
“Aku Park Chanyeol.” Ucap lelaki tinggi tadi, tanpa diminta.
“Dia tidak ingin mengetahui namamu, bodoh.”
“Hei, memangnya memperkenalkan diri harus meminta izin?”
JongDae mengerucutkan bibirnya.
Uh, mereka berdua benar-benar seperti anak kecil.
“Maaf, dia memang berisik.” Ucap Jongdae padaku, sedangkan Chanyeol memelototinya.
“Aku tidak pernah melihatmu disini sebelumnya. Kau baru dirawat disini?”
“Iya.” Jawabku singkat.
“Memangnya kau sakit apa?”
“Aku mencoba bunuh diri.”
“huh?”
“aku mencoba bunuh diri ketika sedang direhabilitasi. Aku ketergantungan narkoba.”
“Mengapa begitu?” kali ini Chanyeol yang bertanya.
“Kau tidak tau bukan, bagaimana rasanya ketika direhabilitasi narkoba? Seluruh badanmu akan sakit. Sakit yang tidak tertahankan.”
“Aku tau itu.”
“Kau juga pernah direhabilitasi?”
“Tidak.”
“Bagaimana kau tau rasanya?”
“Membayangkannya.”
“Yah Chanyeol, berhenti. Kau membuat Baekhyun kesal.”Jongdae menegur Chanyeol.
“Tidak  apa-apa.” Ucapku.
“eh, Baekhyun, kau masih sekolah? Aku takut kau lebih tua dariku dan aku tidak memanggilmu hyung.”
“Aku kelas 2 SMU.”
“wah, aku dan Jongdae juga kelas 2 SMU.” Sambung Chanyeol.
“Kau ini suka sekali memotong pembicaraan orang.”
“Kau juga.”
“oh iya, aku belum tau kalian berdua sakit apa. Kau sudah lama dirawat disini?”
Jongdae dan Chanyeol saling berpandangan.
“Kau sakit apa, Chanyeol?” tanya Jongdae pada Chanyeol dengan tatapan bingung.
“Kukira kalian sudah saling mengenal. Tetapi kau tidak tau Chanyeol sakit apa.” Ucapku pada Jongdae.
“uhh, memang. Tetapi aku tidak peduli dia sakit apa.”
“Aku tidak sakit.”
“kalau kau tidak sakit, untuk apa kau dirawat disini, bodoh.”
Chanyeol melirik Jongdae tajam
“Uhh, Aku sakit DBD dari semingu yang lalu. Masih harus dirawat. Beberapa hari lagi sepertinya aku sudah boleh pulang.” Jawabnya sambil tersenyum, memamerkan deretan giginya.
“Kalau aku, seminggu yang lalu tiba-tiba aku demam tinggi, jadi aku dirawat disini.” Ucap Jongdae.
“ah, Aku harap  kita dapat keluar dari sini secepatnya.”

***

Sudah 3 hari aku dirawat disini. Hidupku terasa berbeda. Aku sering bertemu dengan Jongdae dan Chanyeol. Aku merasa nyaman berteman dengan mereka. Kami cepat menjadi akrab. Karena usia kami sama, mungkin.
Kami bahkan berani melalukan hal-hal jahil kepada para suster, sehingga kami harus berlari sambil membawa infus untuk menghindari amukan mereka dan membuat kami berakhir di kantor kepala rumah sakit karena kami membuat kekacauan.
“Rumah sakit bukanlah tempat bermain!” ucap kepala rumah sakit kepada kami untuk ke sekian kalinya. Kami hanya tertawa setelah keluar dari kantor kepala rumah sakit.
Hari ini, seperti biasa, aku pergi ke taman rumah sakit bersama Chanyeol dan Jongdae. Sekarang bagiku rumah sakit bukanlah neraka kalau aku bersama mereka.
“aku masih tidak mengerti .” Ucap Jongdae padaku.
“tidak mengerti apa?”
“Mengapa kau ingin bunuh diri.”
“aku juga tidak tau. Terkadang aku seperti kehilangan akal dan ingin mengakhiri hidupku. Kau tau, ketika orang tuamu berpisah, kau pasti sangat terpukul.”
“Orang tuamu… bercerai?”
“iya.”
“maaf…”
“tidak apa-apa. Aku menjadi begini karena tertekan. Aku selalu mendapat nilai jelek, sering dipanggil ke kantor kepala sekolah karena tidak patuh, menggunakan narkoba, dan menjadi seorang pemabuk.”
“Hidupmu tidak sehat sekali.”
“aku juga tidak ingin seperti itu. aku melakukan semua itu agar orang tuaku kecewa. Agar mereka sadar bahwa mereka yang membuatku seperti ini. Bahkan aku sudah mencoba bunuh diri. Tetapi pada kenyataannya, mereka masih tidak peduli. Bahkan orang lain juga tidak peduli padaku. Aku hidup sendiri dan tidak bersosialisasi. Aku juga tidak memiliki teman, karena tidak ada yang mau berteman dengan orang sepertiku.”
“Kami temanmu, bukan?”
“Tentu saja.”
“Kalau begitu, ubahlah sikapmu, Baekhyun. Kau harus menghargai hidupmu. Tidak semua orang dapat hidup lama, kau tahu?”ucap Jongdae.
“Kau harus mampu menghadapi semua cobaan dalam hidupmu. Perjuangkanlah hidupmu, Baekhyun, jangan sia-siakan.” Lanjutnya.
“Mengapa kata-katamu menjadi bijak seperti ini Jongdae?” Tanyaku pada Jongdae yang berbeda dari biasanya.
“Aku serius Baek.” Ucap Jongdae mengerucutkan bibirnya.
“Aku menasihatimu seperti ini karena aku khawatir padamu, tau? Mungkin besok aku akan keluar dari rumah sakit ini.”
“Baguslah kalau begitu.” Aku tersenyum, turut bahagia atas ucapan Jongdae.
“Chanyeol kau tidak senang kalau aku keluar huh?” Tanya Jongdae pada Chanyeol.
“Apa? Tentu saja aku senang. Tetapi kita mungkin tidak akan bertemu lagi.” Ucap Chanyeol lirih.
“Kau bilang apa? Tentu saja kita dapat bertemu lagi. Kita dapat berkumpul lagi setelah kita semua keluar dari rumah sakit. Iya kan Jongdae?”
Jongdae mengangguk.
“Rumahku jauh, bodoh. Di luar kota.”
“Tetap saja kita akan bertemu. Percayalah padaku.”

***

Hari ini aku duduk ditaman rumah sakit sendiri. Jongdae sudah keluar 2 hari lalu. Dan Chanyeol entah dimana. Aku ingin mengunjungi ruangan Chanyeol. Tetapi ia tidak mengijinkan. Kami dirawat di rumah sakit yang sama tetapi pada gedung yang berbeda. Ia digedung A dan aku digedung B. ia dan Jongdae tidak pernah mau mengajakku ke gedung A –karena Jongdae juga dirawat disana- dengan alasan ruangan mereka tidak sebagus ruangan di gedung B.
“Dimana Chanyeol? Biasanya anak itu datang ke taman ini lebih awal dariku.” Pikirku.
Aku pun pergi ke gedung A, mencoba mencari Chanyeol sambil sekedar berkeliling melihat keadaan gedung A.
“Kau sedang apa disini Baek? Kau seharusnya jangan masuk kesini.” Tiba-tiba suara Chanyeol mengagetkanku. Aku menoleh ke belakang.
“Jangan mengagetkanku!” ucapku.
“Baek, aku harus pergi sebentar. Kau tunggu saja disini. Um, Jongdae menitipkan salam untukmu.” Ucap Chanyeol lalu pergi meninggalkanku entah kemana.

***

“Huh? Park Chanyeol?”
“Iya.”
“Dia sudah meninggal semalam.”
DEG
“Tidak mungkin.”
“Benar, dia meninggal tadi malam, pukul 11.”
Aku tidak dapat mempercayai kata-kata suster itu. bagaimana mungkin Chanyeol sudah meninggal? Dia bahkan tadi bertemu denganku dan menyuruhku untuk menunggunya disini.
“Dia sakit apa?”
“Kanker otak.”
“Bukannya dia sakit DBD?”
“Tidak. Kau tidak tau bahwa gedung A itu untuk pasien dengan penyakit berat?”
Aku diam.
“aku tidak tau. Kau tau Kim Jongdae sakit apa?”
“sama.”
“Maksudmu kanker otak juga?”
“Iya.”
“Kau yakin?”
“Aku yang mengurus mereka berdua selama bertahun-tahun. Bagaimana aku tidak yakin.”
Aku mengambil ponsel dari sakuku. Aku akan memberi tau kabar Chanyeol kepada Jongdae dan sedikit protes mengapa ia dan Chanyeol tidak jujur padaku.
“Halo? Jongdae, aku punya berita tentang Chanyeol!”
“Maaf, tuan. Jongdae sudah meninggal 2 hari yang lalu.”

엑소THANKYOU엑소

“Kau harus mampu menghadapi semua cobaan dalam hidupmu.”
“Perjuangkanlah hidupmu, Baekhyun, jangan sia-siakan.”
“Kau harus menghargai hidupmu.”
“Tidak semua orang dapat hidup lama, kau tahu?”

Aku bukanlah orang yang menghargai hidup sebelumnya.
Aku selalu menjalani hidup dengan tidak sehat, dan aku bahkan selalu mencoba mengakhiri hidupku.
Tidak ada hidup yang tidak berharga di dunia ini.
Aku mengabaikan kata-kata seseorang kepadaku “Kau harus menghargai hidupmu.”
Aku berpikir itu konyol. Aku berpikir, dia tidak merasakan penderitaanku selama ini.
Tetapi aku salah.
Mereka berdua, mendapat cobaan yang lebih berat dariku.
Bahkan ketika mereka berjuang dengan susah payah untuk bertahan hidup, aku malah menyia-nyiakannya.
Aku menyia-nyiakan apa yang mereka perjuangkan.
Aku tidak pernah menyangka dibalik sifat kekanakan mereka, dibalik keceriaan mereka, mereka bersusah payah menahan sakit yang sangat pada diri mereka.
Mereka tidak ingin orang lain menganggap mereka lemah.
Mereka tidak ingin dikasihani karena penyakit yang mereka derita.
Aku hanya dapat mengucapkan satu kata pada mereka. Terimakasih.
Terimakasih karena kalian telah menyadarkanku betapa penting arti hidup.
Terimakasih karena kalian telah menyadarkanku untuk menghargai hidup.
Terimakasih karena kalian telah menjadi temanku.

엑소THANKYOU엑소

Maaf gaje soalnya ff ini dibuat mendadak kurang dari 2 jam T.T

Tidak ada komentar:

Posting Komentar